Sewaktu saya kecil saya sangat menikmati keindahan desa dengan hamparan sawah yang sangat memanjakan mata bagi siapa saja yang melihatnya. Ketika itu kakek saya memiliki sebidang sawah sehingga setiap hari saya dapat melihat keindahan itu. Dengan bebasnya saya datang untuk bermain layang-layang di sawah sambil menjaga padi dari burung-burung nakal yang terus saja memakani biji-biji padi yang mulai menguning. Setiap pulang sekolah saya ditugaskan kakek pergi kesawah. Sungguh indah desaku. (Baca Berita Lainnya).
Tahun-tahun berlalu keindahan itu sudah mulai hilang, air yang mengalir sudah tidak menentu sehingga sebagian petani mengalih fungsikan sawahnya menjadi perkebunan yang notabenenya tidak memerlukan aliran air yang lancar. Termasuk juga kakek saya, beliau mulai meninggalkan profesi menjadi petani. Sontak kegiatan keseharian saya bermain layang-layang di sawah menjadi berkurang. Sebagain besar dan bahkan semua petani sudah tidak menanam padi lagi, tetapi mereka menanami lahan yang dulunya sawah dengan Cengkeh, cabai, jagung, singkong, dan lainnya. Kehidupan kita mulai berubah, dulu kita tak perlu membeli beras untuk di konsumsi tetapi sekarang kita harus membeli beras yang semakin hari semakin mahal saja.
Tetapi sebagian orang telah menjual lahannya dan dijadikan tempat-tempat pemukiman dan villa untuk orang-orang berdompet tebal. Memang keberadaan villa-villa ini dapat menambah pendapatan bagi sebagian orang di desa tetapi tak semua orang bernasib yang sama.
Para tourist mulai berdatangan untuk menikmati keindahan alam kami tetapi minus sawah-sawah yang dulunya lebih indah dari sekarang.