Tinjauan
Mendengar nama danau ini kemungkinan besar akan menggelitik
rasa ingin tahu Anda. Danau Dendam Tak Sudah begitu masyarakat Bengkulu
mengenalnya. Di balik namanya yang unik ternyata juga memiliki keindahan
tersendiri.
Memiliki luasnya sekira 37,50 hektar, danau ini terletak di
Kota Curup, Bengkulu Utara, tidak jauh dari pusat Kota Bengkulu, yakni sekira 6
km. Danau yang dikelilingi bukit-bukit hijau ini merupakan kawasan cagar alam
yang menyimpan banyak potensi ekologi dan keseimbangan ekosistem.
Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah mengalami beberapa kali
perluasan area. Pertama tahun 1936, dimana Pemerintah Hindia Belanda
menetapkannya sebagai cagar alam dengan total luas 11,5 hektare. Pada 1979,
kawasan cagar alam dipeluas lagi menjadi 430 hektare. Hingga pada 1999, luas
kawasan menjadi 577 hektare. (Baca Berita Lainnya).
Danau ini menjadi habitat bagi beberapa jenis ikan langka.
Ikan-ikan tersebut berasal dari famili Anabantidae, Bagridae, dan Cyprinidae. Hal
spesial lainnya tentang danau ini merupakan habitat utama bagi tumbuhan endemik
langka, yaitu anggrek pensil (Vanda hookeriana). Jenis lainnya juga hidup di
sini seperti anggrek matahari, nipah, plawi, pulai, bakung, gelam, terentang,
sikeduduk, brosong, ambacang rawa, dan pakis.
Selain flora, fauna yang menghuni kawasan cagar alam juga
kerap menjadi tontonan atau atraksi tersendiri bagi wisatawan. Hewan-hewan
seperti lutung atau kera ekor panjang sering tampak bergelantungan di pepohonan
sekitar danau. Beberapa jenis hewan lain yang menghuni kawasan sekitar danau
adalah burung kutilang, babi hutan, siamang, ular phyton dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Perihal tentang namanya yang tidak biasa tersebut, ada dua
kisah yang dipercaya menjadi latar belakang penamaan. Pertama adalah kisah yang
merupakan legenda. Konon, ada sepasang kekasih yang kasihnya tak kesampaian
sebab tidak direstui orang tua. Sepasang kekasih yang dimabuk asmara itu
kemudian dikisahkan bunuh diri ke danau dan inilah yang menjadikannya disebut
Danau Dendam Tak Sudah. Konon, sejak saat itu ada dua ekor lintah raksasa yang
merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut.
Kisah lain adalah berlatar sejarah dimana Belanda yang saat
itu menduduki Indonesia memutuskan membuat dam di danau ini. Tujuannya adalah
agar air danau tidak mudah meluap untuk mempermudah pembangunan jalan di
sekitar danau. Akan tetapi, pada prakteknya, pembangunan dam terhenti atau
tidak pernah selesai. “Dam Tak Sudah” begitu mereka menyebutnya. Entah
bagaimana awalnya “Dam Tak Sudah” kini berubah menjadi “Dendam Tak Sudah”. (Source click).