Prosesi Ogoh-Ogoh serangkaian
dengan upacara Tawur Kesanga adalah sebuah ekspresi kreatif masyarakat Hindu di
Bali, khususnya di Kota Denpasar, di dalam memaknai perayaan pergantian Tahun
Caka. Masyarakat menciptakan Ogoh-Ogoh Bhutakala seperti : Kala Bang, Kala Ijo,
Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng, dan banyak lagi bentuk-bentuk lainnya,
sebagai perlambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak menggangu
kehidupan manusia. Ogoh-Ogoh Bhutakala yang diciptakan kemudian dihaturkan
sesaji “natab caru pabiakalan” sebuah ritual yang bermakna “nyomia”,
mengembalikan sifat-sifat Bhutakala ke asalnya. Ritual tersebut dilanjutkan
dengan prosesi Ogoh-Ogoh, seluruh lapisan masyarakat bersama-sama mengusung
Ogoh-Ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus pata sebagai simbol
siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian tahun Caka yang baru.
Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk tersebut Ogoh-Ogoh Bhutakala itupun
“di-prelina”, mengembalikan keasalnya dengan dilebur atau dibakar. Terkait dengan
upacara Tawur Kesanga dan ritual Ngerupuk tersebut, prosesi Ogoh-Ogoh
mengandung dua makna yaitu : 1) mengekspresikan nilai-nilai religius dan
ruang-waktu sakral berdasarkan sastra-sastra agama, 2) merupakan karya kreatif
yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan. Atas dasar
pemikiran tersebut di atas Pemerintah Kota Denpasar menyelenggarakan Lomba
Ogoh-Ogoh Tawur Kesanga Tahun 2010 sekaligus sebagai perayaan menyambut Tahun
Caka 1932.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai adalah : pertama, menyediakan ruang
publik yang dapat mendorong kreatifitas generasi muda yang terhimpun dalam
wadah Seka Truna Truni (STT) untuk menyalurkan eskpresi seninya; kedua,
merayakan pergantian tahun Caka dan menyambut Tahun Baru Caka 1932 secara
tertib dengan semangat kebersamaan; ketiga, menjadikan tradisi Ogoh-Ogoh
sebagai salah satu ikon budaya Kota Denpasar; keempat, menjadikan tradisi
Ogoh-Ogoh sebagai wujud aktifitas kreatif yang dapat memberikan nilai tambah
secara ekonomis; dan kelima, meningkatkan kualitas penyelenggaraan lomba
Ogoh-Ogoh sebagai atraksi wisata sekaligus menunjang program pemerintah di
dalam meningkatkan omset kepariwisataan di Kota Denpasar.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi merupakan hari
raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun BaruSaka.
Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi
pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat
selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan
kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang . Hari
Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini
saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai
merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang
kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta ) untuk kesejahteraan manusia dan
umat hindu didunia.
Makna Hari Raya Nyepi
Nyepi asal dari kata sepi (sunyi,
senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hinduberdasarkan kalender
Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini,
seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi
manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas
di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka. Ada
beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi :
Upacara Melasti
Selang waktu dua tiga hari
sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau disebut juga
Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang yang ada di Pura
di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut,
danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci
(tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang
ada di dalam diri manusia dan alam.
Upacara Bhuta Yajna
Sebelum hari Raya Nyepi diadakan
upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh
roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang berbentuk atau
menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat ) dalam bahasa bali nya sebut ogoh
ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah, Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten
dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di depan pekarangan , perempatan jalan,
alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh yang menggambarakan buta kala ini yang
diusung dan di arak secara beramai ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di
iringi tetabuhan dari kampung kekampung, upacara ini kira kira mulai di
laksanakan dari petang hari jam enam sore sampai paling lambat jam
dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh ogoh tersebut di bakar,
ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan
Saat hari raya Nyepi, seluruh
umat Hindu yang ada di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian. Ada empat
catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
- Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
- Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
- Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
- Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat. Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Upacara Ngembak Geni
Upacara Hari Ngembak Geni
berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya ( brata Nyepi ). Pada
esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung
dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka
dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di
masyarakat. sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi.
Menurut tradisi, pada hari
Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditas dan
bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kwalitas pribadi diri sendiri. Di
hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah
tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada
hakekat tujuan kehidupan di dunia ini.
Seluruh kegiatan upacara upacara
tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara
turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah
satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan
domestik maupun manca negara.
Dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas
diri, merenung sejenak dengan apa yang telah kita perbuat. Dimasa lalu,
saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang dengan tidak
lupa selalu bersykur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta.
Bagi anda yang sibuk dengan
pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada baik nya anda meluangkan waktu
sejenak keluar dari hiruk pikuk tersebut dan datang ke Bali sekedar introspeksi
diri bahwa dalam kehidupan ini mempunyai terkaitan antara satu dan lain nya dan
tidak lupa menyaksikan keadaan di Bali saat hari raya Nyepi akan terasa beda
nya
Sumber:
http://www.denpasarkota.go.id/instansi/?cid==IzN&s=i_berita&id=2238
http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/hari-raya-nyepi
Mantaaaab..
ReplyDeletetradisi Ogoh-ogoh merupakan tradisi adat istiadat Bali yang selalu ada di setiap perayaan Nyepi.. Menurut warga Bali ogoh-ogoh mempunyai makna yang sangat dalam, Ingin sekali berkungjung ke Bali merasakan kesunyian ketika hari Nyepi
ReplyDelete