Mossad selama ini telah bersembunyi dibalik bayang-bayang
kehebatan Israel. Sepak terjang mereka hanya sedikit diketahui dibandingkan
isu-isu mengenai sepak terjang CIA. Hanya segelintir orang yang tahu bahwa
untuk membandingkan Mossad dan CIA (Amerika), KGB (Rusia), dan MI6 (Inggris)
adalah hal yang bodoh. Mossad sama sekali bukan tandingan mereka. Itulah alasan
saya ingin mengangkat mereka dalam artikel saya.
Dalam lambang mereka yang tertulis "Ha-Mossad le-Modiin
ule-Tafkidim Meyuhadim" (Ibrani: "המוסד
למודיעין ולתפקידים מיוחדים", saya salut bagi
anda yang bisa membacanya.) yang berarti "Institut Intelijen dan Operasi
Khusus".
Mossad dibentuk oleh Perdana Menteri Israel David ben Gurion
pada tanggal 1 April 1951. Pada awal pembentukannya Gurion mengatakan bahwa
tujuan Mossad adalah, "Untuk negara kita yang sejak berdirinya telah
berada di bawah ancaman musuh-musuhnya. Konstitusi intelijen ialah garis
terdepan pertahanan...Kita harus belajar dengan cara yang baik untuk mengetahui
apa yang sedang terjadi di sekeliling kita."
Mossad sendiri mempunyai bermarkas pusat di Tel Aviv. Pada
1980-an, personilnya diperkirakan sudah berjumlah berjumlah 1500-2000 orang.
Hingga tahun 1996, sirektur Mossad selalu dirahasiakan hingga akhirnya
pemerintah Israel mengumumkan pada publik MayJen Danny Yatom sebagai direktur
menggantikan Shabtai Shavit yang dipecat awal 1996.
Operasi Mereka
Entah mengapa hingga saat ini sangat sulit ditemukan
buku-buku mengenai mereka. Satu-satunya cara untuk mempermudah pencarian
tentang mereka adalah mengganti keyword pencarian dengan "agen
Israel".
Salah satu buku menceritakan tentang kesaksian mantan
anggota Mossad. Dari buku itu telah saya pelajari, bahwa para agen Mossad yang
diperintahkan untuk melakukan eksekusi, tidak pernah mendapat tugas kedua. dalam
buku itu dikisahkan bahwa dalam masa pemerintahan perdana menteri Ariel Sharon,
Israel telah memanggil para eks-militernya yang dianggap kebal, keras kepala,
dan yang paling obsesi. Mereka yang berjumlah 4 orang kemudian dibawa ke rumah
sang perdana menteri pada tengah malam. Disana telah menunggu sang perdana
menteri juga salah satu anggota parlemen, disinilah mereka akan dimunculkan
rasa nasionalisme mereka. Sang Perdana Menteri akan menangis di depan mereka
hingga membuat mereka tergugah untuk membela bangsanya. Begitu mereka selesai
'dicerahkan', selanjutnya tinggal melancarkan operasi. perlu diketahui, jika
modus operasi dari para agen sangat unik. Para agen hanya akan diberi
pengertian mengenai target mereka, foto, data-data, dan segala macam hal yang
berkaitan dengan target.
Jika telah selesai dengan ini, mereka kemudian akan
doberikan uang. Setelah mereka dierikan uang, misi harus dijalankan, DAN TIDAK
BOLEH ADA KONTAK KEMBALI DENGAN ISRAEL. Israel hanya mengetahui jika dalam
beberapa waktu kedepan, sang target akan segera ditemukan tewas, dan Israel
bersih dari ini. Para agennya tidak akan menemukan satu orang dalam Israel jika
menemukan satu kendala pun dalam menjalankan misi. GAGAL bukanlah opsi dalam
Mossad. Jika misi telah selesai, mereka bebas menikmati kehidupannya seperti
sedia kala, mereka bebas pindah ke Amerika atau kemana saja dengan uang sisa
yang telah diberikan pada awalnya.
Dalam suatu aksi yang saya baca, pada tahun 1973, pernah
para agen Mossad melakukan suatu kesalahan, mereka tidak sengaja membunuh Ahmed
Bouchiki yang dikira adalah Ali Hassan Salameh, mereka kemudian memburu Salameh
yang ternyata berada di suatu hotel. Bom pun dirancang, dan berhasil disusupkan
dalam kamar hotel Salameh sebelum Salameh tiba di hotel, sayangnya begitu
detonator diaktifkan, bom tidak meledak. Salah satu anggota tim pun langsung
mengambil dua batang dinamit dan langsung menuju sendirian ke kamar Salameh
sambil berkata, "demi negaraku, jika bom itu tidak dapat melenyapkan Ali
Hassan Salameh, maka dengan kedua tangankulah akan kulenyapkan dia". Dia
pun akhirnya berhasil melenyapkan Ali Hassan Salemeh dengan kedua tangannya
sendiri. Itulah kisah yang dapat menggambarkan bagaimana hebatnya para agen
rahasia Mossad ini.
Eli Cohen
Eli Cohen (26 Desember 1924 – 18 Mei 1965) adalah seorang
agen rahasia Mossad, Israel dan diangggap sebagai salah satu mata-mata paling
sukses setelah perang dunia II.
Lahir di Mesir, ia ikut serta dalam setiap aktivitas pro
Israel di Mesir selama tahun 1950-an, seperti dalam Operasi Goshen meskipun
pemerintah Mesir tidak pernah dapat membuktikannya. Ia direkrut Mossad pada
tahun 1960 dan diberi identitas palsu sebagai orang Syria yang kembali pulang
setelah lama hidup di Argentina. Untuk memperkuat penyamarannya ini, ia bahkan
pindah ke Argentina pada tahun 1961.
Kemudian ia pindah ke Damaskus, Syria dengan nama alias
Kamel Amin Tsa'abet (nama panggilannya Sa'bet atau Tha'bet). Cohen berhasil
memperoleh kepercayaan dikalangan pejabat militer syria dan juga pejabat
pemerintahan. Secara berkala ia mengirim informasi intelijen ke Israel lewat
radio, surat rahasia dan kadangkala pada saat ia berkunjung ke Israel.
Informasi yang sangat berharga yang berhasil ia kirimkan ke Israel pada tahun
1964 adalah data tentang kubu pertahanan Syria di dataran tinggi Golan.
Akhirnya pada bulan Januari 1965, seorang ahli dari Uni
Soyvet yang disewa oleh dinas intelijen Syria berhasil menyadap pesan yang
sedang dikirimkan Cohen ke Israel. Setelah dihadapkan ke pengadilan, ia
diputuskan bersalah terlibat mata-mata dan dijatuhi hukuman mati. Banyak kepala
negara barat (Perancis, Belgia, Kanada) yang meminta pemerintah Syria untuk
memperingan hukumannya bahkan Paus Paulus VI ikut bersuara, tetapi ia tetap
digantung oleh pemerintah Syria pada tanggal 18 Mei 1965. Sampai dengan hari
ini, Syria yang merasa sangat kecolongan, tetap menolak memulangkan jenazah
Cohen untuk dimakamkan di Israel.
Kisah Sukses Cohen
Selama dalam penyamaran, Cohen berteman baik dengan banyak
jenderal terkemuka di Syria termasuk Amin Hafiz. Setelah Hafiz menjadi Perdana
Menteri, ia bahkan termasuk salah satu kandidat untuk menempati posisi sebagai
wakil Menteri Pertahanan Syria.
Banyak pihak mengklaim (meskipun sulit dibuktikan
kebenarannya) bahwa Cohen-lah yang menyarankan untuk menanam pohon eucalyptus
disekitar bunker militer dan tempat-tempat mortir di dataran tinggi Golan yang
mengarahkan moncongnya ke Israel. Ia berpendapat bahwa dengan ditanamnya
pepohonan ini akan memberi kamuflase alami yang sempurna agar tidak terdeteksi
oleh Israel, juga untuk melindungi tentara dari cuaca panas digurun. Setelah
sarannya disetujui oleh militer Syria, ia segera memberikan informasi tersebut
ke dinas intelijen Israel. Selama Perang Enam Hari, informasi berharga ini
digunakan oleh Angkatan Udara Israel (IAF) yang dengan mudahnya menghancurkan
sebagian besar bunker Syria yang terlindung dibalik pepohonan. Pepohonan
eucalyptus ini sampai sekarang masih terlihat di dataran tinggi golan dan
menjadi saksi bisu sejarah kekalahan Syria.
Cohen juga mendapat informasi tentang rencana rahasia Syria
membuat bunker pertahanan berlapis tiga untuk mengelabui militer Israel yang
pasti menyangka hanya ada sebuah saja.
Selama di Syria, Cohen banyak memperoleh dan mengumpulkan
informasi tentang pilot-pilot pesawat tempur Angkatan Udara Syria. Termasuk
nama asli mereka, nama alias beserta keluarganya. Banyak pihak mengatakan bahwa
informasi dari Cohen inilah yang digunakan oleh Mossad selama Perang Enam Hari
ketika ada dua buah jet tempur Syria yang akan membom Tel Aviv. Ketika kedua
jet ini sampai pada sasarannya, Mossad memperingatkan mereka melalui gelombang
radio bahwa mereka mengetahui identitas para pilot tersebut, beserta
keluarganya dan jika mereka tetap membom, keluarganya akan dibunuh. Para pilot
begitu terkejut sekaligus ketakutan yang akhirnya menjatuhkan bom-bomnya ke
laut dan kembali ke pangkalan dengan mengatakan target telah dibom.
Menurut keterangan saudara sekaligus temannya sesama agen
Mossad, Maurice Cohen, Eli Cohen hanya tinggal tiga langkah lagi menjadi
Presiden Syria pada saat terbongkarnya kegiatan mata-mata yang ia lakukan. (Sumber Klik).
Permintaan dari pihak keluarga agar jenazah Cohen
dikembalikan ke Israel ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Syria (Mei 2006).
Pada bulan Februari 2007, pejabat turki mengkonfirmasikan bahwa pemerintahnya
siap menjadi mediator untuk pengembalian jenazah Cohen.
Eli Cohen menjadi Pahlawan Nasional di Israel karena berkat
infonya Israel meraih kemenangan telak dalam Perang Enam Hari tahun 1967.