Lambang Negara

Sejarah
Garuda,
kendaraan (wahana) Wishnu tampil
di berbagai candi kuno
di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut,Sojiwan, Penataran,
Belahan, Sukuh dan Cetho dalam
bentuk relief atau arca.
Di Prambanan terdapat
sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi
tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya. Di candi Siwa Prambanan terdapat
relief episode Ramayana yang menggambarkan keponakan Garudayang juga
bangsa dewa burung, Jatayu, mencoba menyelamatkan Sinta dari
cengkeraman Rahwana.
Arca anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah
mengendarai Garuda dari Candi Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuna
paling terkenal, kini arca ini disimpan di Museum
Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak
kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian,
kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat
Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali,
Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk yang dapat terbang"
dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai
makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi
memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus
dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam posisi sebagai
kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan Naga. Posisi mulia
Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah menjadikan Garuda sebagai
simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologiPancasila.
Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda
Indonesia. Selain Indonesia,Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang
negara.
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949,
disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui
Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang
negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia
Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan
Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad
Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir,
dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini
bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan
kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung
Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan
Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M
Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah
rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan
sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh
Jepang.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang
negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga
tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden
Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh
Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar
Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan
lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam
Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika
itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan
tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian
memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di
Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Lagu Garuda Pancasila
Garuda Pancasila juga merupakan dan nama sebuah lagu nasional Indonesia yang
diciptakan lagu dan liriknya oleh Sudharnoto.
Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentausa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_IndonesiaAyo maju maju